Minggu, 10 Januari 2010

IMPLIKASI REVOLUSI TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI MASYARAKAT INDONESIA

IMPLIKASI REVOLUSI TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI MASYARAKAT INDONESIA
Revolusi, seperti yang kita ketahui berarti suatu perubahan besar yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Salah satunya dikemukakan oleh Dissayanake (1983) yang mengartikan komunikasi sebagai peledakan atau (eksplosi) teknologi komunikasi, seperti terlihat melalui peningkatan penggunaan satelit, mikro-prosessor, komputer, dan pelayanan radio bertahap tinggi, dan perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi yang ditempa dalam sosial, ekonomi, politik, kultural dan gaya hidup manusia.
Menurut Schramm (1988), perkembangan yang dinamakan revolusi komunikasi itu merupakan bagian dari serangkaian perubahan yang telah berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia selama ini.
Memang banyak hal yang menandai kemajuan kehidupan dewasa ini. Namun semua pihak sepakat bahwa hal yang paling mencolok dari perkembangan itu adalah kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi. Oleh karena itu hasil yang juga amat mencolok dewasa ini ialah tersedianya bungkahan sumber-sumber atau resources informasi dan komunikasi yang amat luas yang pernah dipunyai oleh umat manusia sepanjang sejarah.
Revolusi teknologi telah menggantikan begitu banyak peranan elemen komunikasi. Dalam The Death of Distance, Frances Cairncross menyebutkan beberapa implikasi yang terjadi dibalik jangkauan teknologi, di antaranya: hilangnya makna lokasi, lenyapnya privasi, dll. Perkembangan teknologi telah menjadikan dunia ini begitu kecil. Setiap orang dapat mengakses seluruh informasi yang diinginkannya dari seluruh wilayah di muka bumi ini. Seluruh informasi beredar dengan begitu clutternya; tanpa proses gatekeeping yang tepat hingga makin kecil kesempatan khalayak untuk memiliki apa yang disebut privasi. Kehadiran internet adalah salah satu manifestasi dari media alternative yang sedang marak saat ini. Dengan bentuk media ini masyarakat bisa mendapatkan informasi apa saja, di mana saja, dan kapan saja sesuai dengan yang mereka inginkan. Kondisi ini semakin mengukuhkan apa yang disebut “global village” – peredaran klip, video, dll lewat aplikasi bluetooth makin cepat menembus batasan-batasan yang selama ini menjadi norma yang dianut masyarakat.
Perkembangan teknologi ini juga diadaptasi oleh media buku. Kebutuhan masyarakat yang begitu padat terhadap informasi, referensi, dan pengarsipan telah memunculkan ide baru tentang buku genggam elektronik yang lebih lazim dikenal sebagai notebook. Buku genggam ini memiliki beberapa keunggulan, seperti kapasitasnya yang cukup besar untuk menampung banyak judul, kemudahannya dari segi size juga accessibility. Selain itu fitur-fitur seperti kamus interaktif, bookmarking, instant search, note-taking, dll makin memudahkan penggunanya dalam melakukan beberapa aplikasi sekaligus. Kemajuan serupa juga dialami oleh majalah yang memanfaatkan sistem online. Dengan fasilitas online ini jangkauan menjadi lebih cepat dan luas, interaksi khalayak dengan media menjadi lebih tinggi, kemutakhiran terjamin dengan biaya distribusi yang minimum. Namun hal ini menimbulkan masalah seperti kompetisi yang berat, proliferasi penerbitan&isi, keterbatasan ruang iklan, dll. Dengan adanya masalah ini kemudian lahirlah beberapa alternative solusi seperti pembayaran untuk premium content, iklan pay-per-click( yang sebenarnya juga belum diketahui secara pasti reliabilitasnya dalam menghadapi masalah yang ada).
Revolusi sejenis juga terjadi untuk media audial. Berkembangnya satelit radio memungkinkan munculnya apa yang disebut sebagai internet radio (e-radio). Aplikasi ini memberikan beberapa bentuk layanan seperti broadcasting service via internet, webcasting (dapat berupa simulcast dengan stasiun tetapi bisa juga tanpa stasiun radio), podcasting (siaran untuk di download), streaming radio, dan peer-to-peer networks. Di ranah video, berkembang pula sarana pengiriman video secara online seperti video portal, web video store, dan teknologi pembatas pemutaran. Namun hal ini membawa polemik baru yang menempatkan user-generated video (Myspace, YouTube, dsb) dalam posisi yang berlawanan dengan industri pembuatan film/video manual. Dengan adanya fasilitas tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan tentang nasib video dan film di masa depan; apakah industri lama tersebut masih cukup mampu bertahan untuk menampung ide kreatif para sineas dan komposer.
Segala bentuk kemajuan ini membawa pengaruh bagi sistem perekonomian global sebagai superstructure yang mempengaruhi banyak sistem di bawahnya. Penguasaan atas teknologi telah melahirkan apa yang disebut dominasi konglomerat media dan industri jaringan TV. Dominasi ini selanjutnya berimplikasi pada keseragaman muatan, trend, dan genre. Hal ini semakin memperkuat terjadinya perubahan dalam dunia PR global; keseragaman muatan itu menimbulkan tingginya kompetisi (terjadi pada program-program infotainment, news-bites, blogs, dll. Kecepatan menjadi factor penting penentu keakuratan informasi – siapa yang tercepat akan menentukan makna peristiwa bagi seluruh dunia. Informasi telah menjadi komoditas yang sangat empuk untuk diperjualbelikan. Lalu pertanyaannya apakah benar pada tahun 2025 akan terjadi kesamaan posisi antara demokratisasi dan konglomerasi? Setiap orang akan merasa memiliki kebebasan menentukan apa yang jadi keinginannya sebagai akibat dari banyaknya alternatif kemajuan teknologi; namun di sisi lain sebenarnya kebebasan itu adalah manifestasi dari konglomerasi para konglomerat dunia yang seolah-olah menawarkan demokratisasi.
Semua kemungkinan tadi akhirnya membawa kita kembali pada tantangan etik dan hukum. Apakah demokratisasi juga bisa disamakan dengan kebebasan yang hampir tak mengenal batas (ruang, waktu, wilayah privat individu, dll). Apakah dengan berkembangnya teknologi di masa datang masih akan ada penghormatan dan pengakuan atas hak kekayaan intelektual?. Begitu banyak pertanyaan yang muncul sebagai dampak dari revolusi teknologi; secara khusus dalam kaitannya dengan masa depan media konvensional sebagai pemegang fungsi komunikasi sekaligus edukasi. Jawaban atas semua ini terletak di tangan kita sebagai generasi penerus yang akan menentukan posisi kemajuan teknologi pada porsi yang seharusnya.

A. Teknologi Komunikasi dan Globalisasi Pada Kehidupan Manusia
Pada umumnya setiap orang kini merasakan sendiri betapa hebatnya perkembangan sistem komunikasi moderen yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan yang dicapai dibidang media cetak, televisi, komputer, dan kemudian apa yang sekarang dikenal sebagai saluran multi media telah menyajikan serangkaian pelayanan informasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Ssemua itu adalah merupakan prodak dari revolusi informasi yang bersumber dari kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi elektronika, komputer dan telekomunikasi.
Teknologi yang semakin canggih membuat manusia semakin mudah untuk melakukan apa saja. Jarak yang jauh bukan lagi sebagai penghalang untuk mencari informasi melalui teknologi. Banyaknya informasi yang diterima masyarakat, membuat mereka menjadi kebingungan memilih informsi yang tepat. Tidak jarang mereka, terjebak ke dalam informasi yang salah. Namun, keberadaan teknologi saat ini, juga menjadikan privasi memudar, seperti video/foto pribadi di handphone yang dapat tersebar dengan mudahnya hanya melalui Bluetooth, inframerah, dan juga mms (multimedia message servise).
Munculnya media baru seperti blog, membuat media lama mulai kurang diminati lagi masyarakat. Khususnya masyarakat Amerika, yang kini mulai menganggap tv sebagai media tradisional. Begitu berkembangnya teknologi tenyata dapat melahirkan media-media baru. Adanya media alternative globalisasi media seperti kehadiran waralaba dari luar negeri menambah maraknya media baru. Tidak jarang ketika kita mengunjungi restoran atau distro, kita diebrikan majalah yang berisi tentang restoran atau distro mereka secara gratis. Perilaku komuniksasi global baru seperti “global village”, memungkinkan seluruh masyarakat dunia dapat menerima informasi yang sama dan merata
Sebagai hasilnya, kita merasakan bahwa kini dunia menjadi “sempit”. Oleh karena mudah nya untuk saling berhubungan dimanapun kita berada, sekarang kita seolah-olah tak merasakan lagi jarak geografis yang membentang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sekarang orang merasakan sendiri apa yang sekitar 20 tahun yang silam dikemukakan oleh ahli komunikasi dari Kanada, McLuhan yaitu tentang gejala terciptanya Global Village atau desa dunia. Ungkapan ini menunjukkan bahwa sekalipun dunia begitu luas dan besar, namun dengan kemajuan teknologi komunikasi yang membuat semua lokasi dapat dihubungkan, orang dapat berbicara satu sama lain setiap waktu yang diperlukan, akhirnya terasa bahwa dunia hanyalah sebuah desa.
B. Implikasi Revolusi Teknologi Komunikasi Bagi Masyarakat Indonesia
Gejala mendunianya segala sesuatu dalam perkembangan kehidupan dewasa ini disebut globalisasi. Ciri utamanaya bahwa sekarang ini, setiap kejadian atau perkembanagan disuatu tempat di salah satu belahan dunia bisa langsung segera menimbulkan pengaruh pada belahan dunia yang lain dalam waktu yang tidak lama. Perkembangan globalisasi ini bagaimana pun adalah produk dari revolusi komunikasi. Segala sesuatu di abad sekarang ini mungkin dan dapat menggejala seluas jagat. Orang pun mulai mencetuskan tentang dunia tanpa batas (borderless world). Karena pada hakikatnya apa yang terjadi disuatu negara segera diketahui atau disaksikan oleh seluruh bangsa yang bersangkutan bahkan oleh seluruh warga dunia.
Ini disebabkan karena mudahnya bagi manusia untuk saling berkomunikasi. Mudah karena sarana untuk itu telah tersedia, serta umumnya sudah mulai dapat dijangkau biayanya, yang menyebabkan informasi dapat beredar secepat kilat. Karena itulah kehidupan sekarang ini secara cepat langsung mempengaruhi antara satu kawasan dengan kawasan lain juga antara satu budaya dengan budaya yang lain.
Secara global Implikasi perkembangan teknologi informasi komunikasi adalah sebagai berikut:
• Dalam bidang tenaga kerja
terjadi otomasi besar-besaran menyebabkan pengangguran yang disebabkan oleh komputerisasi

• Pendidikan
Mudahnya akan akses informasi dimana saja dan kapan saja
• Moral
Kekerasan dalam tayangan televisi memberikan dampak khusus pada anak-anak sehingga mereka menjadi agresif
• Politik
Untuk kampanye politik, media khususnya televisi bisa menjangkau masyarakat hingga ke pelosok
• Ekonomi
Munculnya e-banking, e-commerce, e-money, belanja lewat internet, reservasi tiket pesawat dan hotel
• Global
Negara-negara super power dan Eropa akan mendominasi sumber informasi, tetapi akan menekan negara-negara lain di bidang ekonomi, militer, politik, dan budaya. Negara-negara dunia ketiga akan tunduk dengan terpaksa dalam menghadapi rekayasa informasi yang sering menyudutkan negara-negara berkembang
• Sosial
Teknologi komunikasi digunakan sebagian orang untuk menyelesaikan konflik dan membahas tentang berita-berita yang kurang baik (bad news)

Secara keseluruhan gejala itu dapat terjadi pada kehidupan di Indonesia yang dapat dikemukakan bahwa implikasi utama perkembangan teknologi komunikasi terhadap sistem komunikasi antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan (availibility) layanan informasi, dan hiburan berlipat ganda dibanding dengan keadaan sebelumnya. Perkembangan terakhir menunjukkan, antara lain, di bidang media cetak, telah diterapkan teknologi cetak jarak jauh dalam bentuk kerjasama antara surat kabar Jakarta dengan surat kabar Semarang. Sedangkan dibidang penyiaran, selain stasiun milik pemerintah, beroperasi pula sejumlah stasiun radio dan televisi swasta yang dapat dikonsumsi oleh khalayak di lingkungan masing-masing, hampir sepanjang waktu. Selain itu bagi pengguna antena parabola masih pula tersedia puluhan pilihan siaran lain yang benar-benar berlangsung sepanjang waktu. Demikian pula di bidang multimedia, telah tersedia sejumlah penyedia (provider) layanan internet dengan masing-masing layanannya.
2. Meningkatkan jangkauan (reach) layanan informasi dan hiburan kesemua wilayah tanah air. Hampir seluruh bagian wilayah tanah air sekarang ini telah dimungkinkan untuk dijangkau oleh berbagai pelayanan informasi yang di sebutkan tadi.
3. Menyajikan bermacam-macam isi (content) informasi dan hiburan dari segala penjuru dunia dengan aneka latar belakang nilai-nilai sosial dan budaya masing-masing.
Keadaan tersebut tentunya, menunjukkan bahwa kemajuan yang di bidang teknologi komunikasi membawa serta sejumlah implikasi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dengan tersedianya berbagai macam layanan tersebut, khalayak dapat memilih mana yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Dengan daya jangkau dan kecepatan yang tinggi, layanan informasi kini boleh dikatakan dapat mencapai seluruh khalayak yang di tuju di mana pun mereka berada. Namun ketersediaan dan jangkauan tersebut justru dapat menimbulkan masalah karena isi informasi dan hiburan yang disajikan tidak semuanya sesuai dengan nilai-nilai dan norma budaya bangsa kita.
Akan tetapi, kemajuan teknologi komunikasi membawa serta sejumlah dampak negatif yang cukup membuat para pengamat untuk merasa khawatir bahwa bila hal itu tidak dapat dicegah ataupun di perkecil, akan menimbulkan berbagai akibat yang tidak di inginkan. Kurang lebih 20 tahun silam Parker (1973) telah berusaha memperkirakan beberapa banyak dampak negatif dari berkembangnya teknologi komunikasi sebagai berikut:
1. Terjadinya monopoli dalam pengelolaan, penyediaan, dan pemanfaatan informasi. Jika tidak diatur begitu rupa, kecederungan yang terjadi bahwa pengelolaan dan penyediaan teknologi komunikasi akan terpusat pada beberapa kalangan tertentu saja. Teknologi komunikasi sudah jelas akan mempengaruhi struktur dasar dan proses pengambilan keputusan dalam masyarakat karena hal itu menentukan siapa yang dapat berkomunikasi dengan siapa dan siapa yang dapat memperoleh suatu informasi tentang apa. Perkembangan tersebut memungkinkan timbulnya monopoi dalam pengelolaan dan penyediaan, serta pemanfaatan teknologi komunikasi itu sendiri.
Mengingat besarnya modal yang dibutuhkan untuk pengusahan dan pemilikan sarana teknologi maka sangat besar sekali kemungkinan bahwa hanya mereka yang kuat kemampuan finansialnya yang dapat bergerak di bidang ini. Andaikata bidang ini dimonopoli oleh kaum swasta yang komersial, dapat dipastikan bahwa orientasi operasinya juga tentulah untuk mencari keuntungan yang optimal. Konsekuensi daripada orientasi seperti itu maka isi informasi yang terutama disediakan dan ditawarkan tentunya yang melayani kebutuhan atau permintaan kalangan pemakai yang secara komersial akan menghasilkan keuntungan. Diluar itu, baik isi informasi maupun kalangan pemakai lainnya akan kurang mendapat perhatian dan pelayanan, setidak-tidaknya akan mnempati urutan prioritas yang lebih belakangan dibanding pemakai yang mendatangkan keuntungan tadi.
2. Tidak meratanya distribusi informasi. Selanjutnya, sekkalipun para pengguna jasa teknologi komunikasi masih dapat memilih berdasarkan apa yang mereka perlukan, namun harus diingat bahwa pada dasrnya pilihan yang masih mungkin dilakukan itu adalah terbatas pada apa yang disediakan oleh si pengusaha. Oleh karena itu, diperlukan upaya mencegah terjadinya monopoli penyediaan dan pengelolaan teknologi komunikasi ini, agar kemungkinan jelek seperti diperkirakan itu tidak terjadi. Faktor biaya menyebabkan kecenderungan bahwa yang akan mengelola teknologi komunikasi terutama mereka yang bermodal kuat. Apabila kecenderungan ini tidak diimbangi dengan tindakan langsung oleh pemerintah, misalnya dengan menyediakan sarana teknologi baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya untuk kepentingan pelayanan masyarakat luas maka kaum pengusahalah yang akan mendominasi bidang ini. Kalau pengusaha teknologi komunikasi sepenuhya ditangani oleh kaum swasta sudah barang tentu pertimbangan utmam mereka sebagaimana layaknya kaum bisnis adalah mengejar keuntungna finansial lebih dulu, baru menyusul pertimbangan lainnya kalaupun ada. Akibat langsung dari kecenderungan ini tentunya, hanya mereka yang kuat menanggung ongkos dan harga yang dikenakan oleh pengusaha yang dapat menikmati pelayanan teknologi komunikasi dimaksud. Ironisnya, kaum yang mampu tersebut justru kalangan yang telah memiliki sarana komunikasi jauh lebih lengkap dibanding dengan rata-rata kebanyakan anggota masyarakat. Sedangkan lapisan masyarakat yang tidak mampu menanggung bayaran yang dikenakan, hanya akan bergantung sepenuhnya kepada layanan yang disediakan oleh pemerintah.
Akibat lanjutannya, mereka yang telah “berkecukupan informasi” akan semakin tertinggal dalam perolehan informasinya. Secara ekstrim, keadaan seperti ini hanya akan merentangkan suatu jurang baru; antara golongan kaya informasi dengan lapisan lain yang jumlahnya berkali lipat lebih besar, yang miskin informasi. Pada gilirannya, jarak yang sama akan membentang di antara negara-negara yang kaya informasi dengan negara yang miskin informasi.
3. Kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif. Erat sekali kaitannya dengan soal pertimbangan komersial yang dikemukakan diatas tadi, akan terjadi pada kecenderungan untuk hanya menyediakan, memproduksi, dan mendistribusikan isi informasi yang secara komersial akan laris. Bentuk utama informasi jenis ini adalah hiburan dan iklan. Padahal bila pasar informasi hanya dipenuhi oleh pesan-pesan hiburan dan promosi, dengan sendirinya kehidupan masyarakat sehari-hari akan penuh dengan jejalan hal-hal semacam itu. Sedangkan informasi yang bersifat edukatif karena potensinya untuk mendatangkan keuntungan komersial lebih kecil atau terkadang tidak ada sama sekali, lantas diabaikan, atau kalaupun ada, disisipkan sebagai pemoles. Dominannya isi informasi yang non-edukatif tadi telah mendorong kekhawatiran para ahli akan akibat yang dapat ditimbulkannya kelak bagi kehidupan masyarakat.
4. Terjadinya polusi informasi. Polusi informasi cenderung timbul bila kompetensi yang hebat terjadi dalam merebut perhatian khalayak, serta jika tidak ada mekanisme pengendalian yang efektif untuk mencegahnya. Jika hal ini terjadi, menurut Gabor (1973) tercermin dari penuhnya media massa dengan penyiaran informasi tentang skandal kekerasan, dan pornografis.
Memang lumrah sekali apabila kecenderungan komersialisasi teknologi komunikasi akan menimbulkan persaingan yang tajam dan kasar diantara pengusaha informasi. Dalam keadaan seperti itu aturan yang berlaku secara ekonomi, siapa yang berhasil memancing dan memuaskan selera pembeli dialah yang akan mereguk keuntungan. Yang menjadi masalah, justru informasi yang menimbulkan polusi yang merupakan dagangan yang laris dan cepat menghasilkan laba bagi yang menyediakannya.
5. Terjadinya invasi terhadap privacy. Masalah privacy meerupakan sesuatu yang amat penting teerutama di negara-negara barat. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi maka pesat pula perumbuhan berbagai perusahaan pengumpulan, pelayanan, dan penfditribusian segala jenis data termasuk yang bersifat pribadi. Dalam aktivitas perusahaan informasi tersebut kemudian terkumpul berbagai macam data mengenai segala aspek kehidupan anggota masyarakat itu. Data yang dimaksud, bisa saja diperdagangkan tanpa sepengetahuan, apalagi persetujuan yang bersangkutan. Keadaan seperti itu, dikhawatirkan akan membuka peluang bagi terjadinya intervensi ke dalam kehidupan pribadi seeorang. Yang menyebabkan tidak terjadinya lagi privacy. Itulah sebabnya timbul berbagai reaksi yang menuntut dilindungi privacy setiap anggota masyarakat dari kemungkinan penyalahgunaan informasi yang mungkin timbul dari kemajuan teknologi komunikasi.
6. Timbulnya permasalahan berkenaan dengan hak cipta. Kemampuan sarana teknologi komunikasi untuk menyimpan, memperbanyak, menampilkan kembali informasi apa saja yang berhasil diperoleh, juga menimbulkan masalah yang berkaitan dengan hak cipta. Kemajuan satelit komunikasi misalnya, telah memungkinkan dilampauinya batas-batas wilayah suatu negara atau pemerintahan. Perkembangan ini menimbulkan masalah dalam hal perlindungan terhadap hak cipta atas karya-karya kreatif yang tadinya dijamin undang-undang. Perlindungan tersebut menjadi semakin sukar terutama disebabkan semakin canggihnya kemampuan ke teknologi komunikasi dewasa ini.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
IMPLIKASI REVOLUSI TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI MASYARAKAT INDONESIA

Oleh:
ARINI ROSDIANA (107051002369)
SITI HANIFAH (107051002431)
MUHAMMAD RIADUL MUSLIM (10705100
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

Selasa, 05 Januari 2010

Perkembangan teknologi komunikasi dan penyiaran Islam

1. Kebutuhan – kebutuhan cendikiawan muslim akan informasi

cendikiawan muslim menjangkau sangat sedikit informasi nasional dan internasional namun pada dua decade ini kebutuhan informasi trelah meningkat. Penerbitan buku – buku dan artikel – artikel tentang Islam dan dunia telah meningkat.
Secara tradidional cendikiawan muslim hanya memiliki satu sumber informasi yang utama dan ada dimana – mana yaitu indeks Islami yang merupakan katalog artikel – artikel tentang masalah – masalah keislaman dalam berkala – kala. Penerbitan indeks islami ini pertama kali muncul sebagai bibliografi kumulatif (1958) yang meliputi periode 1906-1955. kemudian bibliografi muncul dalam suplemen – suplemen, sejak 1977 telah diterbitkan sebagai kwartalan.
Upaya barat untuk menempatkan literature tentang islam dan pandangan dunianya dibawah kontrol bibliografis yang memadai memiliki sejarah. 1799 Christian F. Schnurer menerbitkan Bibliotheca Arabica : Actum Nunc Atque Integram. Edisi keduanya berbahasa arab yang di edit, di terjemahkan dan di terbitkan di Eropa selama 1505-1810. disusul victor Chuvin yang di jilid sebanyak 12. 1887, OrientalisChe bibliografie mulai melakukan liputan berulang atas literature keislaman dan berhenti di terbitkan pada 1911.
Sebagian besar ala bibliografis ihtisar dan indeks digunakan oleh para cendikiawan dan jurnalis muslim.
Dalam bidang – bidang yang lebih tradidional seperti studi tentang al –qur’an dan hadits ala bibliografis yang menyajikan perspektif muslim secara perlahan muncul. Lembaga – lembaga muslim kini mulai menerbitkan biblliografi dalam bidang yang berkaitan dengan studi keislaman. Pusat dokumentasi dan informasi islam universitas Karachi menerbitkan sseluruh seri bibliografi seperti topik tentang literature yang berisi al – qur’an dalam bahasa inggris. Karya ekstentif yang dihasilkan di dunia muslaim sedang dilaksanakan di Universitas King Abdul Aziz di Jedah, Arab Saudi.
Semua ini menunjukan kesadaran muslim akan pentingya informasi sementara, karena adanya desakan dan tumbuhnya kesadaran akan prasangka komunikasi juga sangat meningkat dan mereka juga mulai mengambil bagian aktif dalam mengontrol out fut mereka sendiri secara bibliografis.
- Memperkenalkan Komunikasi Dan Teknologi Ke Dunia Islam
negara – negara muslim perlu mengembangkan dan mempromosikan sumber – sumber tradisional seperti jurnal – jurnal ilmiah yang dirancang secara spesipik untuk menyatukan dan memajukan pertukaran gagasan antara para ilmuan dan intelektual. Para ilmuan muslim mengalmai kesulitan untuk menerbitkan karya jurnal mereka dikarenakan:
1. sedikit sekali jurnal ilmiah yang berada diluar wilayah kekuasaan negara muslim.
2. jurnal yang meliput sejumlah disiplin ilmiah, tidak relevan dan juga tidak layak muat.
3. jurnal sebagian besar dipublikasikan membutuhkan pembayaran yang mata uangnya stabil.
Dunia muslim perlu menerbitkan jurnal untuk keperluan local maupun komunitas ilmiah di dunia muslim.

Tanggung jawab para ilmuwan muslilm
Dengan asanya masa – masa sulit yang kita hadapi dewasa ini, yang sejumlah besar problem yang dihadapi kaum muslimin khususnya kelembaman social dan intelektual masyarakat muslim sendiri. Disamping itu juga gangguan perkembangan teknologi barat terhadap masyarakat dan budaya muslim.
Tak perlu dikatakan bahwa pustakawan – pustakawan serta ilmuwan – ilmuwan informasi muslim harus memainkan peranan yang menentukan dalam pembangunan suatu infrastuktur informasi dan semua agen informasi baik, baik dengan system terpusat maupun menyebar. Akan tetapi terlepas dari itu, para ilmuwan informasi dan pustakawan secara unik mampu memenuhi kebutuhan umat yang penting.
Sebagai ilmuawan informasi muslim harus bertindak seperti Janus, dewa penjaga pintu Romawi. Seorang ilmuawan informasi muslim ia harus memiliki dua wajah,
1. Yang pertama harus kritis sumber – sumber informasi, terutama sumber – sumber informasi yang kebanyakan yang berada dalam batasan – batasan peradaban Barat.
2. Siap untuk menghadapi para pemakai informasi, yaitu yang khusus merupakan bagian dari peradaban muslim.
Seperti Janus di tangan kanannya memegang tongkat untuk mengusir penyelundup atau pengacau yang tidak diinginkan, para ilmuwan informasi muslim harus kritis di dalam menyaring informasi – informasi serta membung hal – hal yang tidak releven.
San ditangan kiri Janus memegang kunci untuk membuka pintu sumber ilmu pengetahuan. Seperti itulah seharudnya seorang ilmuawan informasi muslim pada era dewasa ini.
Para ilmuawan informasi muslim harus memiliki keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk mengenali sumber – sumber pengetahuan dan informasi yang paling penting dan releven untuk menyelamatkan waktu dan sumber – sumber berharga para mahasiswa, intelektial, dan pemikir.
Pada hakikatnya peranan ilmuawan infomasi muslim terkait erat dengan perananya sebagai pemasok gagasan. Disini unit – unit untuk membentuk peradaban adalah individu – individu dan masyarakat – masyarakat muslim harus dimulai dengan memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat : individu – individu dan masyarakat – masyarakat yang sehat, yaitu individu – individu dan masyarakat – masyarakat memiliki fisik dan mental yang sehat, pada akhirnya akan melahirkan peradaban peradaban yang sehat dan iintelektualnya berkembang. Alat – alat komunikasi yang memejukan individu – individu dan masyarakat yang dan menopang perkembangan intelektual mereka.
Kata kata yang tercetak adalah kata – kata yang terkandung di dalam buku dan jurnal – jurnal yang memungkinkan pikiran berkomunikasi secara mendalam dengan pikiran – pikiran yang mengabaikan ruang dan waktu.


- Tantangan dan peluang teknologi komunikasi dan informasi
ziaudin Sardar menyatakan bahwa revolusi informasi dengan sendirinya akan melahirkan masyarakat yang lebih demokratis, lebih makmur, merata dan lebih manusiawi dia tidak menyatakan bahwa peradaban elektronik lebih tinggi daripada peradaban industrial. Dengan demikan Sardar melihat bahwa teknologi komunikasi informasi tidak selalu membawa rahmat yang bermanfaat bagi negeri muslim, tetapi bias juga membawa kehancuran budaya karena abad informasi menurut Sardar bias berubah menjadi abad kolonialisme.
Asal muassal pernyataan Sardar diatas karena dia berpandangan informasi di muntahkan oleh teknologi informasi yang tidak netral bahkan dengan cepat menjadi komoditi primer dan sumber kekuasaan. Hal ini menyebabkan kebergantungan negara berkembang yang mayoritas penduduknya kepada negara maju yang non muslim.
Teknologi informasi bisa menjadi ranjau yang bias menghancurkan budaya umat. Sardar juga mengungkapkan bahwa otomatisisasi pabrik dan kantor melalui komputerisasi akan menimbulkan pengangguran besar – besaran dengan kata lain teknologi informasi menjadi otonom dan totaliter. Komputer juga bias melanggar nilai nilai islam.
Jadi kesimpulannya teknologi informasi dan komunikasi hanya bias mengancam umat dan juga mengancam islam itu sendiri.
Beberapa tantangan yang dapat di identifikasikan pada era globalisasi dan informasi bagi perkembangan dan pembanguna komuniksi islam di masa depan sebagai berikut:
1. Keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektif dalam penyebaran isu.
2. Dalam banyak aspek keperkasaan barat dalam dominasi dan imperalisme informasi pada era ini menimbulkan sekularisme, kapitalisme, pragmatisme, dan lain sebagainya. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam konsep komunikasi islam di masa depan untuk menimalisirkan informasi dan omuniksi yang bertentangan dengan nilai-nilai islam.
3. Ekspos terhadap permasalahan seksualitas, peperangan dan juga tindakan kriminal lainya akan mendatangkan efek yang berbanding terbalik degan tujuan komunikasi dan informasi itu sendiri.
Lemah sumberdaya modal maupun kualitas negara – negara muslim memaksa masyarakat muslim menginpor teknologi komunikasi dan informasi dunia barat.
Peluang Komuikasi Islam di Masa depan
1. Dalam persektif islam,perlu di sadari bahwa informasi mempunyai arti hanya bila ia berada dalam pengetahan masyarakat hanya bila komponenya selaras dengan aspek – aspek mutlak kultural, subtitisional, subyektif suatu masyarakat, barulah suatu informasi dapat memberikan nilai yang positif bagi masyarakat itu sendiri.
2. Adanya perubahan era industri menuju ke era informasi yang menyangkut orientasi masyarakat yang mejurus kepada maslah ekonomi, dalam bidang informasi dan komunikasi ini akan mendaatangkan kesempatan kerja bagi masyarakat muslim.
3. Pada komunikasi islam dapat dikembangkan dengan memperhatikan tujuh konsep islam yang berkaitan langsung dengan penciptaan dan penyebaran informasi, tauhid, ilmu,hikmah, ijma, adil, syura, istislah dan ummah
4. Peluang eksistensi komunikasi islam paaada masa depan berangkat dari historis impirikal.



Hubungan PTK dengan penyiaran islam
Hubungan PTK dengan penyiaran islam sekarang ini terwujud seperti di dalam :
- khithobah atau rethorika yang tak lepas dari pemanfaatan teknologi media seperti pengeras suara yang berfungsi untuk memaksimalkan kerasnya suara agar dapat di dengar dari jarak jauh.
- penulisan tajuk rencana dan feature dakwah yang tidak lepas pula dari mesin cetak dan komputer.
- peliputan dan penulisan berita dakwah yang memanfaatan kamera, perekam audio dan kemudian ada proses editing sampai kepada publikasi yang semuanya itu tidak lepas dari peranan teknologi yang digunakan.
- Produksi siaran radio atau televisi yang sekarang banyak kita jumpai acara-acara yang bernuansa dakwah baik di TVRI maupun di televisi swasta lainnya.
Strategi penyiaran islam dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi.
lima tahun lagi kita akan memasuki milenium ke tiga, memperhatikan gejala – gejala yang timbul saat ini masa itu akan di penuhi dengan suatu tata kehidupan industri dan informasi. Di indonesia sendiri teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat selama 5 tahun ini. Namun indonesia sangat memerlukan perkembangan pembaharuan fungsional yaitu suatu usaha untuk mengarahkan kepada kebutuhan mendesak masyarakat dewasa ini yaitu dengan mengatur gerak operasional informasi dan komunikasi dalam teknologi . oleh karena masyrakat indonesia sangat beragam usaha dakwah tentu pula beragam. Ada cara tersendiri untuk setiap kelompok sosial seperti masyarakat kota dan masyarakat pedesaan, masyarakat kelas atas dan masyrakat kelas bawah, kaum intelketual dan orang awam, generasi muda dan keluarga, kaum duafa dan mualaf, non muslim dan masyarakat khusus.

Sebagai ajaran konfrehensif islam mencakup semua sektor kehidupan, karena itu dakwah melalui semua sektor kehidupan tak ada sektor pun dalam kehidupan ini yang tidak perlu memperoleh dakwah, berbagai macam cara yang sah dan halal telah di tempuh.

Contoh pengalaman persyarikatan muhamadiyah, telah berupaya semaksimal mungkin dengan mendayagunakan seluruh majelis dan bagian yang ada untuk di fungsikan sebagai kepanjangan tangan persyarikatan muhamadiyah dalam mengembangkan dakwah islam amar ma’ruh nahi mungkar. Lembaga tobiroh sengaja dibentuk untuk lebih mengefektifkan operasi tugas dakwah. Majelis, bagian dan lembaga ini secara struktural dan fungsional melakukan berbagai kegiatan dakwah antara lain:
1. meningkatkan penyiaran islam, baik kuantitas maupun kualitas melalui saluran dan media (media massa cetak dan elektronik) kepada berbagai lingkungan sosial masyrakat seperti melalui penyiaran langusng melalui surat kabar, majalah, jurnal, buku radio dan televisi. Pemanfaatan program televisi yaitu dengan cara ceramah atau pengajian, pragmen atau drama dsb.
2. peningkatan penyiaran islam secara khusus ditempat-tempat keramaian seperi di pasar-pasar, pusat-pusat pebelanjaan, stasiun, airport, tempat-tempat rekreasi, sekolah, kampus, dan tempat kegiatan masa lain.
3. peningkatan penyiaran islam di daerah pedesaan dan di daerah suku-suku terasing sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan tantangan oleh masyarakatnya.
4. peningkatan funsi masjid dan sarana – sarana dakwah lainnya sebagai pusat kegiatan penyiaran islam secara terprogram dan terkoordinasi.
5. peningkatan pembinaan mubaligh atau da’i yang memiliki semangat integritas dan wawasan pemikiran dalam melaksanakan dakwah islam.
6. pemanfaatan komputer untuk jaringan dakwah bagi seluruh pimpinan daerah muhamadiyah se indonesia
7. pengembangan pusat pelayanan dakwah di perguruan-perguruan tinggi muhamadiyah di indonesia.